Danau Singkarak: Sejarah Lahirnya Danau Singkarak

0
140
Danau Singkarak

Danau Singkarak

Danau Singkarak ada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini sebagai danau terluas kedua di Pulau Sumatera. Danau ini sebagai hilir Batang Ombilin. Air danau ini beberapa disalurkan melalui terowong tembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk gerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.

Danau Singkarak

Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) sebagai spesies ikan yang diprediksi cuman hidup di danau ini[1] , dan menjadi satu diantara makanan ciri khas. Riset beberapa pakar mengutarakan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di komunitas Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan tersedianya bahan makanannya yang terbatas.

Dari 19 spesies itu, tiga spesies salah satunya mempunyai komunitas kepadatan tinggi, yaitu ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan yang lain yang hidup di Danau Singkarak ialah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota) dan Gariang/Tor (Tor tambroides).

Selanjutnya, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang (Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami (Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus).

Danau Singkarak

Seterusnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan (mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus (Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus), lebih Hafrijal.

Dengan ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak memperlihatkan keberagaman ikan pada tempat itu tidak terlalu tinggi. Keadaan mesogotrofik Danau Singkarak yang mengakibatkan daya bantu komunitas ini untuk perubahan dan perkembangan organisme air seperti plankton dan betos, benar-benar terbatas.

Dari seringkali riset memberikan komunitas plankton dan betos di Danau Singkarak benar-benar rendah.

Walau sebenarnya komune plankton (fitoplankton dan zooplankton) sebagai pangkalan dari terciptanya satu mata rantai makanan dan memiliki peran penting pada suatu ekosistem danau.

Danau Singkarak

Keadaan itu, mengakibatkan sumber gizi khusus ikan lewat cara natural
original:
secara alamiah
suggestion:
lewat cara natural
dengan cara natural
dengan natural
dengan wajar
secara alamiah
biasanya ialah beragam tipe plankton dan bentos.

Danau Singkarak ada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 mtr. di permukaan laut (mdpl).

Luas permukaan air Danau Singkarak capai 11.200 hektar dengan panjang maksimal 20 km dan lebar 6,5 km dan kedalaman 268 mtr..

Danau ini mempunyai wilayah saluran air sejauh 1.076 km dengan curah hujan 82 sampai 252 melimeter /bulan.

Danau ini menjadi satu diantara tujuan rekreasi favorit, selainnya Istana Basa Pagaruyuang, kebun teh, dan danau kembar. Tiap tahunnya, danau jadi lokasi balap sepeda internasional “Tur The Singkarak.”

Pengunjung akan disuguhi panorama cantik dengan bentangan air dikitari bebukitan yang hijau. Dibalik keelokan Danau Singkarak disimpan narasi asal-usul danau ini tercipta. Disamping itu, ada beberapa versus berkenaan riwayat danau ini tercipta.Menurut narasi dulu ada sekeluarga yang hidup di pinggir laut. Pak Buyung bersama anak dan istri lelakinya namanya Indra. Setiap hari Pak Buyung dan istri bekerja di rimba di Bukit Junjung Sirih, untuk cari hasil rimba selanjutnya menjualnya di Pasar.

Bila musim ikan, Pak Buyung mengantongi rejeki dengan memancing ikan di laut. Indra anaknya selalu menolong baik di rimba maupun di laut. Indra tumbuh jadi anak yang taat, namun Pak Buyung dan istri cemas dengan skema makan Indra.

Jatah makannya melebih rerata anak seusianya, bahkan juga di atas jatah makan orang dewasa. 1x makan, Indra bisa habiskan satu bakul nasi dan lauk dengan jumlah yang besar.

Berawal dari Paceklik

Satu periode musim paceklik datang, Pak Buyung dan keluarga harus mengirit makanan. Mereka tak lagi makan nasi tiap hari, diselipin dengan konsumsi ubi. Karena musim paceklik berjalan panjang dan stok makanan mereka makin berkurang, Pak Buyung dan istri tak lagi memedulikan makan Indra. Mereka cuman pikirkan perut mereka semasing.

Sampai satu hari Indra merengek-rengek meminta makan ke orang tuanya. Dengar rengekan Indra, Pak Buyung geram dan memerintah Indra untuk cari makanan di rimba sendirian. Saat sebelum pergi ke rimba Indra lebih dulu memberi makan ayam piaraannya namanya Taduang.

Sepanjang hari di rimba, Indra tidak memperoleh hasil rimba yang bisa dikonsumsi. Esok harinya Pak Buyung memerintah Indra untuk menemukan di laut, tetapi Indra pun tidak memperoleh ikan.

Sudah sebulan Indra bolak-balik rimba dan laut, tetapi tidak ada hasil. Dalam pada itu ke-2 orang tuanya cuman bermalasan di gubuk. Tetapi, Indra tidak patah semangat, dia masih tetap usaha. Satu hari saat Indra ke laut, ibunya ke laut, tetapi tidak ke arah tempat yang serupa dengan Indra.

Ibunya sukses memperoleh makanan (pensi) kerang air tawar memiliki ukuran kecil. Sesampai di dalam rumah, si ibu mengolah pensi itu. Sesudah masak Pak Buyung dan istri melahap pensi itu sampai habis tanpa pikirkan anak mereka yang kelaparan.

Sesudah kenyang melahap pensi, Pak Buyung dan istri tertidur di dapur, selang beberapa saat Indra Pulang dari laut. Dia menyaksikan ke-2 orang tuanya lelap dengan cangkang pensi disekitaran mereka.

Melihat hal tersebut Indra bersedih dan duduk di batu besar dari sisi tempat tinggalnya. Indra berasa orang tuanya tak lagi perduli padanya. Mereka sampai hati habiskan makanan, tanpa menyisihkan sisi Indra.

Terbang Membawa Kekecewaan

Indra bercerita kesedihannya pada Taduang. Ayam itu berkokok berkali-kali sekalian mengemaskan sayapnya, seolah rasakan duka cita Indra sekarang ini. Indra menggenggam kaki Taduang, saat itu juga ayam itu terbang, anehnya batu yang ditempati Indra turut terangkut.

Makin tinggi terbang, batu itu makin besar. Indra ketahui jika Taduang tak lagi kuat terbang dengan bawa Indra dan batu besar itu. Indra menempatkan kakinya di atas batu, saat itu juga batu itu terhempas ke bumi dan menghajar salah satunya bukit disekitaran lautan.

Sekencang kilat air laut mengucur ke lubang itu dengan melalui bukit-bukit disekelilingnya. Dari ceritanya berikut pemicu ada sungai ombilin, yang sekarang mengucur sampai ke Propinsi Riau. Dan laut yang airnya isi lubang besar itu, makin kering. Hinga sekarang laut itu dikenali sebagai Danau Singkarak.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini