Ditengah belantara kota Seoul yang serba maju, terdapat sebuah sudut yang sangat bertolak belakang dengan gedung-gedung pencakar langit itu. Disini kita bisa melihat dan merasakan jejak masa lalu Korea Selatan dengan amat jelas. Ya, di Bukchon Hanok Village inilah rumah-rumah tradisinal Negeri Gingseng ini berjajar rapi di sebuah desa yang masih amat tradisional.
Hanok adalah istilah yang digunakan untuk rumah tradisional Korea. Sedangkan Bukchon adalah nama desa tempat hanok-hanok ini berdiri, tepatnya berada di sebelah utara kota Seoul. Beberapa bagian dari Bukchon Village ini sudah berumur 600 tahun, namun hingga kini masih terawat dengan baik.
Setiap hari, Bukchon Village dikunjungi wisatawan asing maupun domestik. Itu mengapa desa ini sepertinya sudah sangat siap menerima tamu kapanpun. Disini kita bisa naik turun bukit, melewati lorong-lorong kecil dan melihat keindahan desa ini yang tertuang dalam penataan wilayah desa dan konstruksi rumahnya. Setidaknya butuh waktu 2 jam untuk mengelilingi desa tradisional ini. Yang mengasyikkan adalah panorama Bukchon Village yang dikelilingi gedung-gedung Seoul yang berarsitektur modern.
Bukchon Hanok Village terletak diantara Istana Gyeokbok, Istana Changdeok dan Jongmyo Shrine. Desa ini membawa kita pada suasana Dinasti Joseon yang selama pemerintahannya memiliki dua desa yakni di sebelah utara dan selatan. Desa di sebelah selatan terdiri dari rumah-rumah untuk pegawai kelas rendahan. Sebaliknya yang berada di utara yang kemudian disebut Bukchon dibangun untuk pejabat tingkat atas. Hunian di Bukchon Village ini dibangun dengan prinsip baesanimsu atau singkat kata mirip dengan fengsui.
Menurut prinsip baesanimsu lokasi rumah-rumah di Bukchon Village ini sangat baik karena berada di lereng gunung yang dekat dengan aliran air, yakni sungai Han dan Cheonggye. Hal tersebut dianggap membawa energi positif bagi kawasan ini. Salah satu karakteristik utama Bukchon adalah topografinya. Di bagian selatan kawasan ini lebih rendah daripada bagian utara yang curam dan tinggi atau membentuk seperti aliran air. Tak heran jika jalan-jalan utama daerah ini sejajar dengan sungai. Berdasarkan sensus tahun 1906, 1.932 kepala keluarga yang tinggal di Bukchon berasal dari keluarga bangsawan atau kelas atas.
Oleh pemerintah setempat, Bukchon Hanok Village sangat dijaga kelestariannya. Pasalnya, disinilah kawasan terakhir di Seoul yang masih terdapat rumah-rumah tradisional. Total ada 80.000 Hanok di Seoul namun saat ini hanya tersisa 12.000 dan 900 diantara terkonstrasi di Bukchon.
Struktur unik Hanok memang menjadi daya tarik utama desa ini. Hanok biasanya bertingkat dengan struktur yang terbuat dari tanah liat, kayu dan batu. Atap genteng yang melengkung disebut Giwa. Bagian dalam hanok biasanya terdiri dari banyak sekat yang memisahkan ruangan satu dengan yang lainnya.
Jika ingin mengunjungi Bukchon Hanok Village, Anda bisa naik subway line 3 menuju Anguk Station dan turun dari pintu 2. Sesampainya di Anguk Station berjalanlah ke arah utara sejauh 300 meter. Menghabiskan sore dengan mengelilingi Bukchon plus melakuan photo hunting adalah pengalaman yang mengesankan.
Bangunan-bangunan tua, jalanan lebar sempit desa ini akan membawa Anda pada pengalaman panorama desa yang memesona. Anda bisa merekam suasana Bukchon atau memotret setiap detail rumah-rumah kuno ini. Setidaknya, dengan mengunjungi Bukchon Hanok Village kita bisa membayangkan seperti apa kehidupan ratusan tahun lalu di Korea. Beberapa hotel yang bisa kita singgahi selama berada di Seoul adalah Uljiro Co-op Residence, Koreana Hotel dan Somerset Palace Seoul Residence.