Ngaben Tikus

Krama subak di Dusun Tradisi Bedha, Bongan, Tabanan, Bali pada Rabu (5/5/2021) melangsungkan ritual ngaben tikus yang mempunyai tujuan untuk hilangkan hama di area persawahan.

Diambil dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, upacara ritus ini dituruti 10 subak di teritori dusun tradisi yang rasakan imbas gempuran hama di tempat pertanian semasing. Intinya yang karena tikus. Dan antiknya, upacara ritus ini kembali diadakan sesudah 10 tahun.

Ngaben Tikus

Bendesa Tradisi Bedha, I Nyoman Surata menerangkan jika acara upacara Ngaben Bikul ini ialah upacara Butha Yadnya. Sekalinya prosesinya hampir serupa dengan upacara Pitra Yadnya atau ngaben untuk manusia.

“Pokoknya upacara Bhuta Yadnya. Hanya triknya kemungkinan sama dengan Pitra Yadnya. Perbedaannya, di Pitra Yadnya, sesudah kembali Panca Maha Buta, upacara diteruskan dengan mamukur atau ngarorasin. Ngaben Bikul tidak. Cuman sampai di pantai saja,” terang I Nyoman Surata.

Baca Juga:  Kunjungan ke Tanah Lot Turun Drastis Karena Larangan Mudik

Selanjutnya, disebut jika upacara Ngaben Bikul ini cuman diadakan dalam saat-saat tertentu. Terutamanya saat gempuran hama pada tanaman punya petani tidak teratasi atau disebutkan “merana akeh”.

Melalui upacara ini, atma dari hama penyakit tersucikan secara niskala. Hingga dalam transisi kehidupan selanjutnya, hama itu tidak tercipta kembali lagi ke bumi sebagai hama penghancur.

“Secara sekala kemungkinan dilaksanakan dengan usaha pengropyokan. Jika niskalanya, sama dresta, kami melakukan Mreteka Merana,” lanjut I Nyoman Surata.

Ia mengatakan, selainnya dresta, upacara ini berdasar pada beberapa sastra seperti Primbon Bali, Durga Dewa Durajana, Weda Puja Pitara Siwa, dan beberapa kembali.

Raja Tabanan Ida Cokorda Anglurah Tabanan yang ikut serta dalam upacara itu turut naik ke atas bade sejauh perjalanan ke pantai. Lalu diteruskan acara nganyut atau menghanyutkan abu sisa pengabenan.

Baca Juga:  Pelarangan Mudik Lebaran, Staycation Jadi Alternatif

“Selesai dibakar dihanyutkan ke segara atau laut dengan keinginan mereka bisa lokasi yang pantas. Atau dalam transisi kehidupan selanjutnya tak lagi jadi hama,” tandas I Nyoman Surata.