Upacara Tawur Agung Kesanga

Travel.biz.id – Sejumlah umat Hindu melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Wira Dharma, Cilandak, Jakarta Selatan pada Rabu, 2022 siang.

Siang itu Pikiran-Rakyat.com menyambangi pura tersebut untuk melihat dari dekat bagaiamana prosesi ritual Tawur Agung Kesanga umat Hindu dilaksanakan.

Upacara Tawur Agung Kesanga

Baru saja masuk pintu gerbang pura, saya langsung disambut oleh Pinandita Agung Suyasa, selaku pemimpin umat Hindu di pura tersebut.

Seketika dia langsung mengambil selendang berwarna kuning dan mengikatkankan persis dibagian pinggang.

“Saya bukan meng-Hindukan kamu tapi ini adat agar (saat menghadiri ibadah sembahyang) tidak memikirkan hal negatif,” ujarnya saat ditemui dilokasi.

Menurutnya selendang itu memiliki arti penting dalam kegiatan upacara umat Hindu.

Baca Juga:  Hadiah Alam Air Terjun Les di Bali

Oleh karenanya, pengunjung yang hendak melihat prosesi ibadah diharuskan mengenakan pengikat atau selendang tersebut.

Siang itu nampak semua umat Hindu sudah rapi mengenakan pakaian adat Bali, mereka tengah bersiap untuk melangsungkan ibadah.

Tak hanya orang dewasa anak-anak pun nampak hendak mengikuti ibadah, lengkap dengan pakaian adat yang sama.

Pemandangan itu nampak tak asing, seperti halnya umat Islam yang hendak melaksanakan shalat Idul Fitri, dimana para orang tua juga mengajak serta anak-anaknya untuk belajar beribadah.

Pinandita Agung Suyasa menjelaskan, ada beberapa rangkaian sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan, pertama adalah melakukan melasti, yakni penyucian diri dengan air suci, kemudian sembahyang di Pura Segara.

Baca Juga:  Jadwal Kapal Pelni KM Lawit Bulan April 2023

“Itu maknanya kita membersihkan sarana dan prasarana yang dibuat upacara termasuk manusianya dibersihkan agar kita dalam menyongyong hari Nyepi dalam keadaan bersih lahir batin,” ucapnya.

Setelah itu selesai dilakukan atau satu hari jelang Hari Raya Nyepi umat Hindu melaksankan Tawur Agung Kesanga.

Ritual ini bertujuan juga sebagai pembersihan alam semesta dengan melaksanakan serangkaian Upacara Bhuta Yadnya (caru Eka Sata).

“Eka Sata itu ayam disembelih diambil blulangnya (kulitnya) satu paket mulai dari kepala, kaki, dan sayap kemudian dibuat olahan carunya lengkap dengan sesaji sarana pendukungnya,” tuturnya.

Dalam melaksanakan ritual ini kata Suyasa, ada tiga tingkatan yang disebut utama (besar), madya (sederhana), dan nista yang paling kecil. Untuk upacara ini pihaknya milih ritual tingkatan kedua yakni madya lantaran mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum selesai.

Baca Juga:  Pantai Lovina Bali: Yuk Menyaksikan Laut Yang Tenang, dan Melihat Ikan Lumba-Lumba!

“Karena kondisi pandemi kita batasi yang hadir yang tua-tua kita tidak hadirkan, dirumah antisipasi Covid-19, kami juga melaksanakan prokes agar menaati peraturan pemerintah,” ujarnya.

Namun demikian dikataka Suyasa, secara esensi ibadah, upacara tersebut memiliki kesamaan meski dilaksanakan secara sederhana.

Hal itu juga sebagai bentuk keprihatinan ditengah pandemi yang tak kunjung selesai.

“Kita prihatin kita hargai semuanya kita buat sederhana mungkin,” ucapnya.

Sumber: Pikiran-Rakyat.com