Seni Pepaosan

Seni Pepaosan LombokWisata tidak lepas dari tradisi. Wisata juga bukan berarti hanya berkaitan dengan tempat dan lokasi liburan semata. Menarik juga melihat wisata hubungannya dengan seni yang berkembang di kawasan atau wilayah setempat. Misalnya, Pepaosan yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pepaosan juga dikenal di masyarakat Bali dengan sebutan Mabasan atau di masyarakat Jawa dengan Macapatan. Dalam acara Pepaosan biasanya tampil empat orang laki-laki dalam pakaian adat Jawa, seorang pemaos (penembang) yang membaca lontar beraksara Sasak berbahasa Jawa, seorang pujangga (penerjemah) dan dua orang pendukung. Biasanya, penampilan mereka juga dilengkapi dengan sesajen yang ditempatkan dalam sebuah wadah dari kuningan.

Bagi masyarakat Lombok, tulisan lontar dengan menggunakan huruf Jawa kuno itu sudah mendarah daging bagi sebagian masyarakat tradisional Lombok. Lontar yang ditulis pada potongan daun inilah yang merupakan warisan nenek moyang. Tembang dalam Pepaosan adalah hasil cipta rada dan karsa dalam mengungkapkan perasaan yang diatur dalam baris dan bait serta perpaduan antara aksara dan kidung. Tembang ini sangat terikat dengan kaidah dan ketentuan yang sangat baku dan tidak bisa diubah menurut keinginan sendiri.

Baca Juga:  Berjemur di Echo Beach Bali

Tradisi Seni Pepaosan Di LombokPepaosan biasanya dimulai pada malam hari dan berakhir pada pagi hari berikutnya dan dibaca diatas berugak (bale-bale). Pepaosan biasanya dilaksanakan untuk memperingati upacara kelahiran bayi, khitanan, perkawinan, kematian maupun upacara-upacara yang berkaitan dengan hari besar Islam. Dalam Pepaosan biasanya diceritakan kisah-kisah perjalanan dan kehidupan para Nabi beserta sahabatnya seperti hikayat Nabi, seperti kisah Nabi Yusuf, hikayat Ali Hanafiah, hikayat Qamaruzzaman, hikayat Siti Zubaidah, hikayat Saer Kubur, hikayat Nabi Haparas dan hikayat Bulan Belah.

Di museum NTB, sedikitnya tersimpan 1350-an naskah lontar. Naskah-naskah yang tersimpan di museum ini cukup beragam. Ada lontar dengan judul Rengganis, Jatiswara, Monyeh, Puspakerma dan Amir Hamzah. Pada upacara kelahiran bayi, judul lontar yang dilantunkan adalah Rengganis yang menceritakan tentang kehidupan raja yang merawat bayi tanpa kehadiran istrinya.

Baca Juga:  Taman Mini Indonesia Indah (TMII): Tempat Wisata Edukasi & Rekreasi

Dalam kisah itu diperlihatkan bagaimana kesabaran raja menguyahkan nasi untuk sang putri yang tidak mendapatkan air susu ibu. Pada acara khitanan yang dilantunkan adalah lontar Kilabangkara yang mengajarkan perilaku pemimpin yang baik. Kini untuk melestarikan tradisi Pepaosan, pemerintah Lombok dan instansi yang terkait sering mengadakan lomba Pepaosan bagi para murid sekolah dasar dan menengah.

museum negeri ntbBagi yang ingin melihat lontar yang tersimpan di Museum NTB, Anda bisa datang ke Jalan Panji Tilar Negara No.6 Mataram. Museum ini berada di pusat kota Lombok sehingga mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun pribadi. Objek wisata lainnya yang bisa Anda kunjungi selama di Lombok adalah Taman Suranadi dan Pura Lingsar. Selama liburan Anda bisa menginap di Lombok Raya Hotel, Lombok Garden Hotel dan Grand legi Hotel.

Incoming search terms:

  • lontar yusuf
  • museum yang ada di lombok
  • seni di ntb
  • suku memperingati kelahiran perkawinan kematian
  • tari tradisional lombok untuk anak lelaki
  • tempat wisata lombok bahasa jawa
  • tempat wisata seni di ntb
  • cerita yg kaitannya dengan seni
  • tradisi islam di wilayah lombok nusa tenggara barat
  • tradisi kelahiran pada masyarakat nusa tenggara barat
Baca Juga:  Pango-Pango, Kawasan Agro Tourism Sejuk Dan Alami