Travelbiz – Informasi Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia – Nama dari Dusun Terunyan datang dari kata “Taru dan Menyan”, pohon bau wangi yang tumbuh di dusun itu, beberapa orang disitu yakin jika pohon itu penting. Mayat orang yang wafat ditempatkan di atas makam terbuka di bawah pohon itu dengan muka terbuka dengan menggunakan kain putih dan “ancak sajian”. Langkah penguburan ini disebutkan “Mepasah”.
Dusun Terunyan sebagai sisi dari kecamatan Kintamani berada di pinggir Danau Batur atau di Kaki samping Barat dai Gunung Abang. Warga dusun ini ialah turunan asli bali Age. Dengan faktor kebudayaan yang unik, dusun ini bisa diraih dengan boat dari dusun Kedisan, seberangi Danau Batur sepanjang ± 30 menit.
Orang Terunyan biasa disebutkan orang Bali Aga, Bali Mula, atau Bali Turunan. Bali Aga memiliki arti orang Bali Pegunungan, Bali Mula memiliki arti Bali Asli. Nama Bali Aga didapat dari warga Bali yang lain, yang menyebutkan diri Bali Hindu yang disebut warga sebagian besar di Pulau Bali. Bali Hindu adalah entitas kaum yang terkena pengaruh kebudayaan Jawa Majapahit.
Tetapi, masyarakat di tempat lebih sukai dengan panggilan Bali Turunan karena mereka yakin nenek moyang mereka “turun” dari langit ke Bumi Terunyan.
Sebuah dogma (dongeng suci) mengenai asal mula warga Terunyan memperkuat keyakinan itu. Seperti dikatakan oleh Sutapa, nenek moyang wanita mereka ialah seorang dewi yang turun ke dusun itu. Kandungan dewi ini dibuahi oleh Si Surya sampai melahirkan anak kembar, satu diantaranya wanita. “Anak wanita tersebut lantas kawin dengan seorang putra Raja Jawa (disebutkan Putra Dalam Solo). Raja itu tiba ke Terunyan karena tertarik sama berbau wangi yang dikeluarkan sebatang pohon menyan yang tumbuh di dusun ini. Dari 2 individu itu masyarakat Terunyan berasal,” kata Sutapa.
Dusun Terunyan di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, berada di lembah bukit-bukit di tepi Danau Batur, Dusun itu sebagai salah satunya dusun tua di Pulau Bali.
Dogma itu yang menjelaskan asal mula nama dusun itu, sekalian pokok keyakinan warga Terunyan (Kebudayaan Petani Dusun Trunyan di Bali, Danandjaja, 1980).
Hal kehadiran dusun itu, beberapa arkeolog memprediksi Terunyan telah ada semenjak era X Masehi. Dari prasasti Trunyan AI, misalkan, terekam ada tulisan tahun 833 Saka yang menjelaskan ijin pembangunan satu kuil untuk Batara Da Tonta yang tidak lain ialah Ratu Sakti Pancering Jagat. Di Pura Terunyan, Ratu Sakti Pancering Jagat berbentuk batu raksasa dengan tinggi sekitaran 4 mtr.. Menurut arkeolog R Goris, batu itu ialah hasil seni patung style megalitik.