Desa Tenganan yang Masih Alami Di Bali

Desa Tenganan merupakan salah satu desa di Bali yang hinga kini masih kokoh memertahankan jati dirinya sebagai desa adat yang tak tergerus oleh pengaruh zaman yang disebut modern. Desa ini tetap tegar bertahan dari gempuran “reformasi peradaban” dan pesatnya teknologi informasi yang berperan dalam memengaruhi pola hidup manusia secara signifikan.

Desa Tenganan yang Masih Alami Di Bali 1

1. Berpegangan teguh Terhadap Adat

Dalam menjalankan ritus kesehariannya, masyarakat di Desa Tenganan keukeuh berpegang teguh pada peraturan adat desa yang telah ditulis sejak abad ke-11—yang kemudian diperbarui lagi pada tahun 1842 karena yang aslinya terbakar. Dengan kekukuhan sikap masyarakatnya menyebabkan sampai kinipun masyarakat di Desa Penganan masih bersikap tradisional dan tak banyak perubahan.

Baca Juga:  Wisata Depok: Taman Wisata Pasir Putih, Destinasi Wisata Terbaik!

Ketika daerah wisata lainnya di Bali telah gemerlap dengan kehadiran aneka simbolisme kemodernan seperti hotel, restoran, kedai, kafe, atau club malam, Desa Tenganan ajeg dengan tiga balainya yang masih sangat bersahaja dan deretan rumah adat yang masih terlihat dipelihara dengan sangat baik. Bahkan untuk memurnikan keturunan masyarakat setempat mereka melakukan perkawinan dengan sesama anggota masyarakat di kampung tersebut.

Memasuki kawasan yang mulai tersentuh pariwisata sejak tahun 1960 ini, Anda harus melalui gerbang sempit yang cukup lewat satu orang. Sebelum masuk, seperti pelancong yang lainnya, Anda harus menyumbang sukarela kepada petugas di bangunan kayu semi permanen. Anda pun harus mengisi buku tamu. Tidak ada tiket masuk ke desa yang sekaligus menjadi obyek wisata itu.

Baca Juga:  Jadwal Kapal Pelni KM Tilongkabila Juni 2023

2. Kain Gringsing 

Tenganan identik dengan kain geringsing. Begitu kaki melangkah ke art shop di dekat pintu masuk, langsung ada tawaran kain geringsing seharga Rp 800 ribu hingga Rp 2 juta. Mahal memang. Soalnya, dibanding kain-kain pabrikan yang dijumpai di toko-toko tekstil, setiap lembar kain geringsing adalah lembar yang eksklusif, bukan kodian. Harga setinggi itu karena kain geringsing hanya diproduksi di Tenganan dengan pengerjaan yang memakan waktu cukup lama. Sebab warna yang digunakan berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga memerlukan perlakuan-perlakuan khusus.

3. Lokasi

Letak Desa Tenganan agak terpencil, yakni terletak di sebelah barat Kabupaten Karangasem, sekitar 65 kilometer dari Kota Denpasar.

Selamat Berkunjung!

Baca Juga:  Obyek Wisata Bandung: Kota Factory Outlet